tapi kali ini aku bukan ingin menjelaskan hal lebih lanjut akan budaya ini, tapi aku ingin menceritakan pengalaman yang lucu yang baru saja tadi pagi saat kami melakukan budaya literasi ini.
Bread for Friends
Novel motivasi berjudul "Bread for Friends" ini yang menjadi pilihan hatiku untuk aku bacasaat budaya literasi di sekolah. Seperti hari-hari sebelumnya, 15 menit pertama setelah bel masuk berbunyi kami diwajibkan membaca apapun yang kami baca, kemudian kami diharuskan menuliskan resume akan novel atau apapun yang kami baca saat budaya literasi yang kemudian akan ditandatangani oleh guru yang menjaga saat jam budaya literasi atau yang biasanya guru pertama pada saat itu yang mengajar.
teeeet...
bel sudah berbunyi yang berarti 15 menit waktu untuk budaya literasi sudah habis. Kami, aku dan teman-temanku, mulai menuliskan resume kami akan buku yang sudah kami baca. Saat Pak Pur, guru matematika, sudah mulai berputar mendatangi satu per satu bangku yang ada di kelasku untuk menandatangani tabel literasi aku baru saja memulai untuk menuliskan resumeku. Satu per satu bangku telah terlewati, dan akhirnya sampai dibangkuku, benar saja aku belum menyelesaikan resumeku, dan pada akhirnya beliau meninggalkan mejaku untuk menandatangani milik teman temanku.
aku mulai menuliskan satu persatu kolom yang ada di selebaranku, dimulai dari ujung kiri.
kolom1: No.
aku tuliskan angka 6 pada baris ke 8. setelah itu aku bergeser satu kolom di sebelah kanan.
kolom2: Judul buku. Bread for Friends.
aku kemudian memindahkan penaku ke kolom ke 4.
kolom 4: Materi / Hal. 140-162.
sambil mengintip nomer halaman dari halaman pertama yang aku baca sampai halaman terakhir yang aku baca.
kolom 5: Resume.
aku menuliskan 2 kalimat yang aku suka dari bab yang berjudul "Gairah Bermain". wetseeeeeeh! tunggu dulu jangan berfikir yang aneh aneh dulu ya! ingat ini buku motivasi. Aku menuliskan seperti berikut.
"Permainan bukan hanya area untuk anak-anak kecil sehingga tidak lantas dihentikan karena bertambahnya usia kita yang semakin dewasa. Namun kedewasaan bukan berarti kita harus kehilangan riang tawa."aku sudah menyelesaikan resumeku, lalu aku berjalan untuk meminta tanda tangan Pak Pur. Berhubung beliau menandatangani selebaran teman-temanku dari belakan akhirnya aku memutuskan untuk menunggu Pak Pur, sembari duduk bersama Ayik dan Wanda.
Pak Pur berdiri pas disebelahku. Beliau membaca selebaranku pertama, karena diantara milik Ayik dan Wanda punyaku paling bagus, eh nggak-nggak *melambaikan tangan mengisyaratkan "bukan! bukan!"* karena punyaku berada paling depan diantara milik mereka.
of course pastinya aku liat selebaranku sambil liat wajah Pak Pur secara bergantian. tidak lama setelah beliau membaca resumeku beliau tertawa dan berkata, "Siapa yang baca ini?" dengan senyum yang melekat di wajah beliau. Sedikit ragu aku mengangkat tanganku, dan berkata "Saya, Pak." Seketika itu juga beliau menjawabku, tapi..... sungguh jawaban yang makjleb tapi bukan sakit cuman..........ya gimana gitu...
Jawaban beliau:
"Wah ternyata kamu masih childish ya!"O oooooooo!! "Nggak Pak, kan ini buku motivasi Pak" bantahku.
jawaban beliau: "Ya nggak papa nak."
It actually surprising me! secara saya sudah 17 tahun, umur yang kata orang-orang di Indonesia ini udah dewasa, tapi masih dibilang childish. but it's all right for me, cause I thought that it just a joke. ^^